Kemudian melangkahlah dengan iringan doa di gerbang mungil menuju arena perjuangan kehidupan dengan tuntunan-Nya lah diri ini tak melangkah kejalan yang salah, tak menjamah yang bukan hak, tak melihat yang dilarang, tak memamah yang tak halal, tak mendengar yang batil, dan tak banyak melakukan yang sia-sia karena setiap waktu yang terlewati pasti akan ditagih tanggung-jawabnya. Lantaran semua jalan yang dilalui akan dimintai kesaksiannya atas diri ini dan sebab seluruh indera ini akan diminta bicara tentang apa-apa yang pernah terjadi.
Hari ini, masih ada lalai terbuat, masih juga lengah sehingga khilaf tercipta. Meski segunung tausyiah pernah didengar, mulut ini masih terselip berucap dusta, saringan telinga ini tetap tak mampu membendung suara-suara melenakan, dan masih saja ada perbuatan yang salah, walau itu dalam bingkai alpa padahal, di setiap terminal ruhiyah, sedikitnya lima kali sehari lidah
ini berucap, tangan ini tertengadah, dan mata menitikkan butir bening air mata, seraya memohon perlindungan dari Allah dijauhkan dari salah dan dosa.
Tetapi tak jarang masih juga langkah ini menuju arah yang sesat. Setiap hari menangis, setiap hari meminta ampunan, setiap hari berbuat salah. Hari ini mencipta dosa, esok sibuk bersujud, meluluhkan air mata, menyusun kalimat doa, menganyam pinta semoga Allah menghapusnya dalam sekejap. Detik ini berbuat salah, terlalu lama menghapusnya, bahkan kadang lupa. Padahal, bisa saja sedetik kemudian diri ini tak lagi sempat memohon ampunanNYA. Lupakah bahwa waktu sangat cepat berlalu. Lupakah pula bahwa menyesal di akhirat hanyalah kesiaan yang nyata?
Bagaimana jika hari esok tak pernah datang..??? Bagaimana andai esok pagi tak lagi bisa melihat Fajar..??? Padahal baru saja seharian ini berenang di lautan dosa. Padahal belum sempat menghapus noda hari ini, kemarin, sepekan yang lalu, setahun lalu, dan bertahun-tahun yang lalu.
Bagaimana jika Allah tak berkenan membukakan mata kita setelah sepanjang malam terlelap? Bagaimana jika perjumpaan dan canda riang bersama keluarga semalam adalah yang terakhir kalinya. Ketika esok harinya ruh ini melihatseluruh keluarga menangisi jasad diri yang terbujur kaku berkafan putih.
Bagaimana jika matahari esok terbit dari barat, tak seperti biasanya dari timur? Padahal hari ini lupa menyebut nama-Nya. Padahal di hari ini, belum sempat mengunjungi satu persatu keluarga, kerabat, sahabat, tetangga, dan orang-orang yang pernah tersakiti oleh lidah dan tindakan kita. Sudah terlalu lama tak mencium kaki orang tua mencari keridhaannya, walau tak terhitung salah diri. Belum lagi sempat berderma, setelah derma kecil beberapa tahun lalu yang sering kita banggakan.
Dan jika memang esok tak pernah datang lagi. Sungguh celakalah diri ini. Benar-benar celaka, bila belum sempat mencuci dosa sepanjang hidup. Bila belum mendengar ungkapan maaf dari orang-orang yang pernah terzalimi, bila belum menyisihkan harta yang menjadi hak orang lain, bila belum sempat meminta ampun atas segala salah dan khilaf yang tercipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar